Friday, March 8, 2013

Ketika ada Ar-Rahman di Haram Untuk Saya


Saya terlahir di keluarga yang baik.
Dengan tubuh yang lengkap.
Saya bisa sekolah tinggi dan punya jaminan kesehatan lengkap.
Saya bisa jalan-jalan ke luar negeri.
Saya bisa beli makanan yang saya mau.
Saya bisa beli baju yang bahannya nyaman.
Air dan listrik bukan kesulitan untuk saya, bahkan saya sampai lupa memikirkan air atau listrik.
Saya jalan kemana saya mau, melihat cahaya, mendengar suara, membedakan rasa setiap permukaan.
Saya masih bernafas!

Saya adalah manusia beruntung yang kurang ajar.

Shalat saya bolong-bolong dan suka ditunda
Lupa berdoa kalau mau makan dan minum.
Lupa doa.
Lupa syukur.
Bahkan lupa istighfar.

Saya adalah manusia beruntung yang kufur.

Suatu waktu ada ajakan menuju Mekkah, saya iyakan tanpa pikir panjang. Sembarangan.
Sampai saya jadi berangkat dan menginjakan kaki di Madinah lalu Mekkah. Ya Allah, saya kecil sekali ya. Saya yang dari ujung sana berhasil menginjakan kaki di Mekkah. Bagaimana saya yang sekecil ini sampai kemari ?

Selama saya disana, jujur tidak ada satupun surat-surat yang dibacakan imam saat sholat saya tau artinya. Hingga dalam suatu shalat 2 rakaat sebelum isya di hari terakhir saya disana, saya bertanya : " Ya Allah, kenapa aku? Aku banyak dosa. Dosaku lebih besar dari gunung. Kenapa aku yang diijinkan kesini bertamu ke tempat-Mu ?"

Dalam shalat Isya setelah itulah, imam Masjidil Haram membacakan surat Ar-Rahman. Satu-satunya surat yang (akhirnya) saya tau artinya semenjak disana...

" Faabbiaayyi aalla i robbikumaa tukadzibaan" - Dan Nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan

Pertanyaan saya langsung dijawab ?

Ini adalah satu-satunya ayat yang saya tau artinya dari satu-satunya surat yang saya tau namanya selama di Mekkah. Ketika itu pula saya berpikir, apakah jawabany ini untuk saya?

Dan ternyata tidak satu kali, melainkan 2 kali. Pada rakaat kedua, surat yang dibaca imam juga masih surat Ar-Rahman! Saya langsung menangis.
Seumur hidup saya tidak pernah sholat diimami dengan satu bacaan yang sama pada satu shalat.
Dan ini, imam Masjidil Haram yang membacakan satu surat yang sama dalam satu shalat dua kali...

Ya Allah. Engkau jawab pertanyaan saya..

Tidak dengan jawaban a la manusia yang "Kamu diijinkan karena..." melainkan Allah justru dengan baiknya mengajakku bersyukur, meskipun aku merasa dosaku terlalu besar untuk merasakan nikmat ini dan aku sedih tapi Allah menjawabku dengan lembut dengan mengajak aku bersyukur.

Saya tidak akan pernah lupa surat Ar-Rahman di Masjidil Haram untuk saya.
Apapun itu, bagaimanapun itu, saya harus persyukur.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.